ANALISIS REAL
PENDAHULUAN
Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang system bilangan real
R beserta sifat-sifatnya, akan menentukan pemahaman orang itu dalam membahas
konsep-konsep analisis, karena system bilangan real merupakan salah satu konsep
yang mendasari pembahasan analisis.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengenali system
bilangan real ini,yaitu secara konstruksi dan secara aksiomatik. Akan tetapi
dalam buku ini system bilangan real akan dikenali secara aksiomatik, yaitu
dengan menganggap system bilangan real memenuhi sifat-sifat tertentu yang
dirumuskan dalam tiga gugusan aksioma, aksioma tersebut adalah : Aksioma
Lapangan, Aksioma Urutan dan Aksioma Kelengkapan.
Topik-topik terkait lainnya dalam system bilangan real
yang dibahas adalah : Nilai Mutlak, selang, Titik Kumpul atau titik limit,
himpunan terbuka dan himpunan tertutup pada R.
- Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real
Aksioma 1. 1(Aksioma
Lapangan)
Misalkan R menyatakan
bilangan real, penjumlahan (+) dan perkalian(.) merupakan operasi biner yang
didefinisikan pada R, maka
(A1) a + b = b + a untuk
setiap a, b ÎR
(A2) (a + b + c) = a + ( b +
c) untuk setiap a, b, c ÎR
(A3) ada unsur 0 ÎR sedemikian sehingga 0 +
a = a dan a + 0 = a untuk setiap a ÎR
(A4) untuk setiap a ÎR, ada -aÎR sedemikian sehingga a
+(-a) = (-a)+ a = 0.
(M1) a . b = b . a untuk
setiap a, b ÎR
(M2) (a . b) c = a . ( b .
c) untuk setiap a, b, c ÎR
(M3) ada unsur 1 ÎR sedemikian sehingga 1.
a = a dan a .1 = a untuk setiap a ÎR
(M4) untuk setiap a ¹0ÎR, ada 1/aÎR sedemikian sehingga a .(1/a) = (1/a). a = 1.
(D) a.(b +c) = a.b + a.c dan
(b +c).a = b.a + c.a untuk semua a,b,c ÎR
Unsur 0 pada A3 dan unsur 1 pada M3, unsure negatif pada
A4 dan unsure balikan pada M4 adalah tunggal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
cara sebagai berikut:
Akan ditunjukkan bahwa unsur
0 dan unsur 1 tunggal.
Misalkan terdapat dua unsure
nol, yaitu z1 dan z2, maka z1 + a = a dan z2
+ a = a untuk semua a di R. akan dibuktikan bahwa z1= z2.
Karena z1 , z2
di R dan memenuhi z1 + a = a = z2 + a atau z1
+ a = z2 + a, selanjutnya dengan menambahkan pada kedua ruas dengan
–a, akan kita dapatkan z1 + a +(-a)= z2 + a + (-a).
berdasarkan sifat A4 dan A3, maka z1= z2. Dengan cara
yang sama akan kita dapatkan bahwa unsure satuan itu tunggal.
Teorema 1.1
(i)
jika z, a di R sedemikian sehingga z + a = a, maka z = 0
(ii)
jika u. b di R dan b ¹ 0 sedemikian sehingga u. b
= b, maka b = 1
Bukti
(i)
karena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian
sehingga a + (-a) = 0.
Jadi,
(z +a) +(-a) = a +(-a) = 0 dan berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh
z +
(a +(-a)) = z + 0 = 0. jadi z = 0.
(ii)
Karena b di R dan b ¹ 0, maka berdasarkan sifat
M4 ada unsur 1/b di R sedemikian sehingga b.(1/b) = 1. Jadi (u.b).1/b = b.(1/b)
= 1 dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 kita peroleh (u.b).1/b = u.( b.1/b) =
u.1 = 1. Jadi u = 1.
Teorema 1.2
(i)
jika b, a di R sedemikian sehingga b + a = 0, maka b = -a
(ii)
jika a, b di R dan a ¹ 0 sedemikian sehingga a. b = 1, maka b = 1/a
Bukti
(i)
karena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian
sehingga a + (-a) = 0.
Jadi,
(b +a) +(-a) = 0 +(-a) = -a dan
berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh
b +
(a +(-a)) = b + 0 = -a. jadi b = -a.
(ii)
Karena a di R dan a ¹ 0, maka berdasarkan sifat
M4 ada unsure 1/a di R sedemikian sehingga a.(1/a) = 1. Jadi (b.a).1/a =
1.(1/a) = 1/a dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 kita peroleh (b.a).1/a = b.(
a.1/a) = b.1 = 1/a.
Jadi
b = 1/a.
Berikut ini akan diberikan
teorema yang berkaitan dengan penyelesaian suatu persaman dan ketunggalan dari
sebuah solusi.
Teorema 1.3
Misalkan a, b ÎR, maka
(i)
Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal yaitu x =
(-a) + b
(ii)
Jika a ¹ 0 dan persamaan a.x = b
mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a).b
Bukti
(i)
pertama akan ditunjukkan bahwa a + x = b mempunyai penyelesaian. Dengan
menambahkan –a pada kedua ruasnya dan dengan menggunakan aksioma lapangan R
akan kita dapatkan (-a) + a + x = (-a) + b atau (-a) + a + x = 0 + x = x = (-a)
+ b.
kedua akan ditunjukkan bahwa
solusinya tunggal. Misalkan ada penyelesaian yang lain yaitu x1.
Misalkan x1 ¹ x, karena x1
solusi, maka a + x1 = b, akan tetapi
a + x1 ¹ a + x atau a + x1
¹ b. hal ini kontradiksi bahwa x1 adalah solusi. Jadi
haruslah x = x1.
(ii)
Buktikan sebagai latihan anda.
BILANGAN NEGATIF DAN BILANGAN RASIONAL
Pada bagian ini, kita akan mempelajari beberapa teorema
yang berkaitan dengan perkalian bilangan negatif dan bilangan rasional. Dibahas
pula tentang sifat bilangan yang dikalikan dengan nol, bilangan yang dikalikan dengan
negatif, dan hasil kali bilangan negatif dikalikan dengan bilangan negatif
lainnya. Demikian pula akan dikaji tentang sifat bilangan rasional dan bilangan
irasional.
Untuk itu, perhatikan dengan baik dan pahami beberapa
teorema berikut,
Teorema 2.1
Misalkan a ÎR, maka
(i)
a. 0 = 0
(ii)
(-1). a = -a
(iii)
– (-a) = a
(iv)
(-1).(-1) = 1
Bukti
(i)
Berdasarkan M3, kita ketahui bahwa a.1 = a. Disini
a + a
. 0 = a . 1 + a . 0 = a . (1 + 0)
= a . 1 = a
Berdasarkan teorema 1.1, kita simpulkan bahwa a . 0 = 0
(ii)
Hal ini dapat dilihat bahwa
a +
(-1) . a = 1 . a + (-1) . a = (1 +(-1)) . a = 0 . a = 0
Berdasarkan
teorema 1.2, dapat kita simpulkan (-1) . a = -a
(iii)
Berdasarkan A4 kita punyai bahwa –a + a = 0, dan berdasarkan
teorema 1.2 kita peroleh bahwa a = -(-a)
(iv)
Pada bagian (ii), substitusikan a = -1 sehingga kita peroleh
–(-1) = (-1).(-1). Kemudian berdasarkan bagian (iii) dengan mengambil a = 1.
Teorema 2.2
(a)
Jika a ÎR dan a¹0, maka 1/a ¹ 0 dan 1/(1/a) = a
(b)
Jika a, b ÎR dan a . b = 0, maka a = 0
atau b = 0
(c)
Jika a, b ÎR, maka (-a).(-b) = a . b
(d)
Jika a ÎR dan a ¹ 0, maka 1/(-a) = -(1/a)
Bukti
(a)
jika a ¹ 0, maka 1/a ¹ 0.
andaikan 1/a = 0, maka 1 = a.
(1/a) = a.0 = 0.
hal ini bertentangan dengan
M4.
karena a. (1/a) = 1,
berdasarkan teorema 1.2, maka a = 1/(1/a)
(b)
Misalkan bahwa a.b = 0 dan a ¹ 0.
jika kita kalikan dengan 1/a
pada kedua ruasnya, maka akan didapatkan
b = 1.b = ((1/a).a).b =
(1/a). (a.b) = (1/a). 0 = 0.
dengan alasan yang sama
dapat digunakan untuk menunjukkan
jika b ¹ 0, maka diperoleh a = 0.
(c)
Berdasarkan teorema 1.4, kita punyai –a = (-1).a dan –b =(-1).b,
sehingga
(-a) . (-b) =
((-1).a).((-1).b) = (a.(-1)).((-1).b)
= a. ((-1).(-1)) . b = a . 1
. b = a.b
(d)
Jika a ¹ 0, maka 1/a ¹ 0 dan –a ¹ 0.
Karena a .(1/a) = 1. hal ini
menunjukkan berdasarkan bagian (c) bahwa (-a) . (-(1/a)) = 1. jika kita gunakan
teorema 1.2, kita dapat memperoleh bahwa 1/(-a) = -(1/a).
Bilangan Rasional
Sekarang kita akan memperumum notasi perkalian (.) dan
dituliskan ab untuk a.b. Sama halnya dengan a2 untuk aa, a3
untuk aaa = (a2)a, dan jika n ÎN, kita definisikan bahwa an
+ 1= (an) a. Berdasarkan prinsip induksi matematika dapat
ditunjukkan bahwa jika m,n ÎN, maka am + n =
am. an, untuk sembarang a ÎR. sama halnya dengan kita
menuliskan 2 = 1 + 1, 3 = 2 + 1, dan seterusnya. Selanjutnya, kita menuliskan
secara umum bahwa b – a = (-a) + b = b + (-a), dan juga generalisasi dari b/a =
(1/a).b = b.(1/a). kita juga mendefinisikan bahwa a-1 = 1/a dan a-n
= 1/an.
Elemen dari R yang berbentuk b/a atau –b/a untuk a,b ÎN dengan a ¹ 0 dikatakan sebagai Bilangan
Rasional, dan semua himpunan bilangan rasional dalam R dinotasikan dengan
Q. Semua elemen dari R yang bukan bilangan rasional disebut Bilangan
Irasional.
Teorema 2.3
Tidak ada bilangan rasional
r sedemikian sehingga r2 = 2
Bukti
Andaikan r ÎQ, maka r = p/q, q¹0 dengan p,q anggota
bilangan bulat. Tanpa mengurangi keumuman, misalkan p dan q tidak mempunyai
factor persekutuan selain 1. karena 2 = p2/q2 atau p2
= 2 q2, maka p haruslah bilangan genap(jika p ganjil, misal p = 2k +
1, maka p2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2 + 2k) + 1
adalah ganjil). Selanjutnya misalkan p = 2m untuk sembarang bilangan bulat m
dan berlaku 4m2 = 2q2. hal ini menunjukkan bahwa q2
= 2m2, dimana q bilangan genap. Hal ini kontradiksi dengan pemisalan
bahwa p dan q tidak mempunyai factor persekutuan selain 1( karena p dan q
bilangan genap). Jadi tidak bilangan
rasional r sedemikian sehingga r2 = 2.
Soal Latihan
1.
Jika a ÎR dan memenuhi a.a = a.
Buktikan bahwa salah satu a = 0 atau a = 1
2.
Jika a ¹ 0 dan b ¹ 0, tunjukkan bahwa 1/ab = 1/a . 1/b
3.
Misalkan a,b,cÎR, buktikan
a.
Jika a + b = 0 dan a + c = 0, maka b = c = -a
b.
Jika a ¹ 0, ab = 1 dan ac = 1, maka
b = c = 1/a
4.
Buktikan bahwa tidak ada r sedemikian sehingga r2 = 6
dan r2 = 3
URUTAN BILANGAN REAL
Pada pembahasan sebelumnya, kita belum menentukan
bilangan real yang lebih besar atau yang lebih kecil. Hal ini dilandaskan
karena belum adanya alsioma atau teorema yang mengatakan tentang bilangan
positif. Untuk itu, pada kajian ini,
kita akan membahas tentang sifat urutan yang ada pada bilangan real.
Sebelumnya tentu baik bagi kita untuk mempelajari tentang
sebuah aksioma mengenai urutan. Aksioma ini sangat bermanfaat untuk menentukan
apakah sebuah bilangan termasuk bilangan positif, termasuk bilangan negatif,
atau lainnya. Aksioma inilah yang akan menjadi landasan hadirnya tanda
ketaksamaan, seperti, <, >, ³, dan £.
Sifat-sifat Urutan dari R
Pada bagian berikut ini akan dibahas sifat-sifat urutan
dari R yang sangat penting peranannya dalam subbarisan.
Aksioma 3.1(Aksioma Urutan)
Subhimpunan tak-kosong P
dari R dinamakan himpunan bilangan real positif, jika memenuhi
sifat-sifat berikut;
(i)
Jika a,b ÎP, maka a + bÎP
(ii)
Jika a,b ÎP, maka a . bÎP
(iii)
Jika a Î R, maka salah satu dari
ketiga sifat berikut dipenuhi a Î P, a = 0 atau –a Î P (sifat trikothomi)
Definisi 3.2
(i)
Jika a ÎP, maka a bilangan positif
yang dituliskan dengan a > 0
(ii)
Jika a ÎP atau a = 0, maka a
dikatakan bukan bilangan negatif yang dituliskan dengan a ³ 0
(iii)
Jika –a ÎP, maka dikatakan a bilangan
negatif yang dituliskan dengan a < 0
(iv)
Jika –a ÎP atau a = 0, maka a
dikatakan bukan bilangan positif yang dituliskan dengan a £ 0
Definisi 3.3
Misalkan a,b ÎR
(i)
Jika a – b ÎP, maka a > b
(ii)
Jika –(a – b) ÎP, maka a < b
(iii)
Jika a – b ÎP È {0}, maka a ³ b
(iv)
Jika –(a – b) ÎP È {0}, maka a £ b
Teorema 3.4
Misalkan a, b, c ÎR
(a)
Jika a > b dan b > c, maka a > c
(b)
Satu dan hanya satu dari hubungan berikut berlaku : a < b, a = b, a > b
(c)
Jika a ³ b dan b ³ a, maka a = b
Bukti
(a)
karena a > b dan b > c, maka a – b ÎP dan b – c ÎP.
Berdasarkan aksioma urutan
(i), maka
(a – b) + (b – c) = a +
((-b) + b) – c = a + 0 – c = a – c Î P.
Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan definisi 3.3, kita peroleh a > c.
(b)
Berdasarkan sifat trikotomi dan definisi 5.3, maka a – b ÎP, a – b = 0 atau –(a–b) ÎP.
(c)
Andaikan a ¹ b, maka berdasarkan bagian
(b) kita peroleh bahwa a – b ÎP atau b – a ÎP, di mana a > b atau b > a. hal ini kontradiksi dengan
yang diketahui. Jadi haruslah a = b.
Teorema 3.5
(a)
Jika a ¹ 0 ÎR, maka a2 > 0
(b)
1 > 0
(c)
Jika n Î N, maka n > 0
Bukti
(a)
Karena a ¹ 0, maka a atau –a di P.
Jika a di P, maka berdasarkan aksioma a2 = aa di P. Jika –a di P,
maka berdasarkan teorema 1.5 a2 = (-a).(-a) di P. jadi, dalam tiap
kasus a2 ÎP.
(b)
Ambil a = 1 pada bagian (a) sehingga 1 = 12 di P
(c)
Buktikan sendiri dengan menggunakan induksi matematika.
Teorema 3.6
Misalkan a, b, c ÎR
(a)
Jika a > b, maka a + c > b + c
(b)
Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d
(c)
Jika a > b dan c > 0, maka ac > bc
(d)
Jika a > b dan c < 0, maka ac < bc
(e)
Jika a > 0, maka 1/a > 0
(f)
Jika a < 0, maka 1/a < 0
Bukti
(a)
Karena a > b, maka a – b di P. Sedangkan a – b = a – b + 0 = a – b + c +
(-c) = a + c – (b + c) di P. Jadi, berdasarkan definisi dapat kita simpulkan
bahwa a + c > b + c.
(b)
Karena a > b dan c > d, maka a – b dan c – d di P.
Berdasarkan aksioma urutan dapat diperoleh (a – b) + (c – d) = (a + c) – (b +
d) di P. Hal ini menunjukkan bahwa a + c > b + d.
(c)
a > b dan c > 0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita
peroleh (a – b).c di P. berdasarkan sifat distributive, maka (a – b).c = ac –
bc di P. Jadi ac > bc.
(d)
a > b dan c < 0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita
peroleh (a – b).(-c) di P. berdasarkan sifat distributive, maka (a – b).(-c) =
-ac + bc di P. Jadi ac < bc.
(e)
Jika a > 0, maka berdasarkan sifat trikotomi a ¹ 0 sedemikian sehingga 1/a ada.
Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = 0, kontradiksi. Jika 1/a < 0, maka
berdasarkan bagan (d) dengan c = 1/a berakibat 1 = a (1/a) < 0, kontradiksi.
Jadi, haruslah 1/a > 0.
(f)
Gunakan alasan yang sama dengan (e)
Teorema 3.7
Jika a > b, maka a >
½(a + b) > b
Bukti
Karena a > b, maka
berdasarkan teorema 3.6 kita dapatkan a + a = 2a > a + b. Demikian juga a +
b > 2b. Karena 2 > 0, maka berdasarkan teorema 3.6 (e) ½ > 0.
Selanjutnya gunakan c = ½ pada teorema 3.6 (c) sedemikian sehingga a > ½(a +
b) dan ½(a + b) > b. Jadi, berdasarkan teorema 3.4 a > ½(a + b) > b
Teorema 3.8
Jika ab > 0, maka a >
0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.
Bukti
Jika ab > 0, maka a ¹ 0 dan b ¹ 0. Jika a > 0, maka
(1/a( > 0. Dengan demikian b = ((1/a)a)b = (1/a).(ab) > 0. Dengan kata
lain, jika a < 0, maka 1/a < 0, hal ini menunjukkan bahwa b = ((1/a)a)b =
(1/a).(ab) < 0.
Akibat 3. 9
Jika ab < 0, maka a >
0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.
Soal Latihan
Misalkan a, b , c dan d ÎR
1.
Jika 0 < a < b dan 0 < c < d, maka buktikan 0 <
ac < bd
2.
Jika 0 £ a < b buktikan bahwa a2
£ ab < b2
3.
Jika a, b ÎR dan a2 + b2
= 0. tunjukkan bahwa a = b = 0.
4.
Jika n Î N, tunjukkan bahwa n2
³ n dan 1/n2 £ 1/n.
5.
Jika a > -1, a Î R, tunjukkan bahwa (1 + a)n
³ 1 + na untuk setiap n Î N.
6.
Jika c > 1, c Î R, tunjukkan bahwa cn
³ c untuk setiap n Î N.
7.
Jika c > 1, c Î R, tunjukkan bahwa cm
³ cn untuk setiap m ³ n dengan m,n Î N.
Nilai Mutlak
Sebuah konsep yang sangat penting dalam bilangan real adalah
tentang harga mutlak. Ini merupakan sebuah konsep yang bermanfaat untuk
menentukan besaran jarak, panjang vektor, akr sebuah bilangan dan lain
sebagainya.
Hal yang mendasar dari konsep harga mutlak adalah tentang
definisi atau pengertian dan sebuah ketaksamaan, yaitu ketaksamaan
segitiga. Dalam matematika sekolah,
harga mutlak biasanya digunakan dalam bahasan tentang pertidaksamaan, panjang
vektor.
Definisi 4.1
Jika a Î R, nilai mutlak dari a dinotasikan dengan | a | dan
didefinsikan dengan
| a | = a jika
a ³ 0
= -a jika a < 0
Jadi domain dari nilai
mutlak adalah semua bilangan real dengan range P È {0}, dan peta dari a dan –a
adalah sebuah elemen yang sama.
Teorema 4.2
(a)
| a | = 0 jika dan hanya jika a = 0
(b)
| -a | = | a | untuk setiap a anggota R
(c)
| ab | = | a | | b | untuk setiap a,b anggota R
(d)
Jika c ³ 0, maka | a | £ c jika dan hanya jika –c £ a £ c
(e)
-| a | £ a £ | a | untuk setiap a
anggota R
Bukti
(a)
Jika a = 0, maka berdasarkan definisi | 0 | = 0. Jika a ¹ 0, maka –a ¹ 0 sedemikian sehingga | a |
¹ 0.
(b)
Jika a = 0, maka | 0 | = 0 = | -0 |. Jika a > 0, maka | a | =
a = | -a |. Jika a < 0, maka | a | = -a = | -a |.
(c)
Jika a > 0 dan b > 0, maka ab > 0 sedemikian sehingga |
ab | = ab = | a |. | b |. Jika a > 0 dan b < 0, maka ab < 0 sedemikian
sehingga | ab | = -(ab) = a. (-b) = | a |. | b | Jika a < 0 dan b > 0, maka ab < 0
sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = (-a).b = | a |. | b |. Jika a < 0 dan b
< 0, maka ab > 0 sedemikian sehingga | ab | = a.b = (-a). (-b) = | a |. |
b |
(d)
Andaikan a ³ 0, maka | a | = a
sedemikian sehingga | a | = a £ c. Bila a < 0, maka | a | = -a £ c atau –c £ a. Jadi, berdasarkan sifat urutan kita peroleh –c £ a £ c. bukti konversnya sebagai
latihan sendiri.
(e)
Gunakan bukti bagian (d) dengan mengambil c = | a |.
Teorema 4.3 (Ketaksamaan
Segitiga)
Jika a, b sembarang bilangan
real, maka ||a| - |b|| £ | a ± b | £ | a | + | b |
Bukti
Berdasarkan teorema 4.1,
kita punya -| a | £ a £ | a | dan -| b | £ ± b £ | b | berdasarkan teorema
4.2 kita simpulkan bahwa –(|a| + |b|) = -|a| - |b| £ a ± b £ | a | + | b |. Berdasarkan
teorema 3.11 kita dapatkan | a ± b | £ | a | + | b |.
Karena |a| = |(a –b) + b| £ | a –b | + | b |, hal ini menunjukkan bahwa |a| - |b| £ | a - b |. Dengan cara yang sama akan kita dapatkan juga bahwa
|b| - |a| £ | a - b |. Dari kedua
ketaksamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ||a| - |b|| £ | a - b |.
Akibat 4.4
Jika a1, a2,
a3, . . ., an adalah sembarang bilangan real, maka
| a1+ a2
+ a3 + . . . + an |
£ | a1| + | a2|
+ | a3| + . . . + | an|
Bukti
Jika n = 2 telah dibuktikan
di atas, sedangkan untuk n > 2 kita gunakan induksi dan sifat ketaksamaan
segitiga di atas bahwa,
| a1+ a2
+ a3 + . . . + ak+ ak+1 | = | (a1+ a2+ a3+
. . . + ak) + ak+1|
£ |(a1+ a2+
a3+ . . . + ak)| +| ak+1|
Soal Latihan
1.
Misalkan d>0, aÎR. Tunjukkan bahwa a - d < x < a+d jika dan hanya jika |x –a|< d.
2.
Jika a,b Î R dan b ¹0. Tunjukkan bahwa | a/b | = |a|/|b|.
3.
Sketsalah titik (x, y) pada daerah R x R (cartesius) yang
memenuhi |x| + |y| = 1
4.
Jika x, y, z Î R, maka x £ y £ z jika dan hanya jika |x-y|
+ |y-z| = |x-z|
5.
Jika 0 < a < 1, maka 0 < a2 < a < 1,
tetapi jika 1 < a, maka 1 < a < a2.
SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL
Selain memiliki urutan, bilangan real juga memiliki sifat
yang dikenal dengan nama sifat kelengkapan. Sifat ini mengkaji tentang
bilangan real dalam sebuah himpunan tertentu. Dalam hal ini, apakah himpunan
tersebut memiliki batas, memiliki nilai maksimum dan minimum, atau memiliki
suprimum dan infrimum.
Sifat ini akan membawa kita pada konsep himpunan terbuka
dan himpunan tertutup. Beberapa definisi dan teorema akan digunakan untuk
mengkaji tentang sifat kelengkapan bilangan real tersebut.
Sifat-sifat Kelengkapan dari
R
Dalam bagian ini kita akan membahas satu lagi sifat dari
system bilangan real yang seringkali dinamakan dengan “Aksioma Kelengkapan”.
Suprimum dan Infimum
Definisi 5.1
Misalkan s adalah
subhimpunan dari R
(a)
sebuah elemen u Î R dikatakan batas atas dari
S jika s £ u, untuk setiap s Î S
(b)
sebuah elemen w Î R dikatakan batas bawah
dari S jika s ³ w, untuk setiap s Î S
Sebagai
catatan bahwa subhimpunan S Í R mungkin saja tidak
memiliki batas atas (sebagai contoh S = R). Selanjutnya, jika memiliki satu
batas atas, maka subhimpunan tersebut memiliki takhingga banyak batas atas (
untuk sebuah batas atas u dari S, maka u + n juga merupakan batas atas dari S
dengan n ÎN). Misalkan S1={x
ÎR : 0 < x < 1} memiliki batas atas 1, kenyataanya, setiap
bilangan u ³ 1 adalah sebuah batas atas
dari S1. Sama halnya juga dengan S2 = { xÎR | 0 £ x £ 1}yang memiliki batas atas
1.
Untuk menunjukkan bahwa sebuah bilangan u Î R bukan sebuah batas atas dari S Í R, kita harus menunjukkan
ada sebuah elemen soÎ R sedemikian sehingga u
< so.
Sebuah himpunan yang memiliki batas atas dikatakan
sebagai himpunan yang terbatas di atas, dan himpunan yang memiliki batas
bawah disebut sebagai himpunan yang terbatas di bawah. Jika himpunan
memiliki batas atas dan batas bawah, maka himpunan tersebut disebut himpunan
yang terbatas. Jika himpunan tidak memiliki kedua batasnya, maka
dikatakan himpunan tersebut tidak terbatas. Jadi, himpunan S1
dan S2 adalah himpunan yang terbatas, sedangkan himpunan P = { x ÎR : x > 0} adalah himpunan yang tidak terbatas karena tidak
mempunyai batas atas.
Apabila u batas atas dari S dan u Î S, maka u adalah maksimum dari S atau u = maks S. Sedangkan
jika w batas bawah dari S dan w Î S, maka w adalah minimum
dari S atau w = Min S.
Definisi 5.2
Misalkan S subhimpunan dari
R
(a)
Jika S terbatas di atas, maka batas atas dari S dikatakan Suprimum
(batas atas terkecil) apabila batas atas tersebut lebih kecil dari batas atas
lainnya.
(b)
Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah dari S dikatakan Infrimum
(batas bawah terbesar) apabila batas bawah tersebut lebih besar dari batas
bawah lainnya.
Definisi di atas mempunyai pengertian bahwa sebuah bilangan u Î R adalah suprimum dari subhimpunan S dari R jika memenuhi dua
kondisi berikut:
(i)
s £ u untuk setiap s Î S
(ii)
Jika v adalah sebuah bilangan sedemikian sehingga s £ v untuk setiap s Î S, maka u £ v.
Lemma 5.3
Sebuah bilangan u Î R adalah suprimum dari
subhimpunan takkosong S ÍR jika dan hanya jika
memenuhi sifat-sifat
(i)
Tidak ada elemen s Î S dengan u < s
(ii)
Jika v < u, maka ada elemen soÎ S sedemikian sehingga v < so.
Bukti
(¬) misalkan u memenuhi (i)
dan (ii). Hal ini menunjukkan bahwa u batas atas dari S. Jika v adalah bilangan
dengan v < u, maka sifat (ii) menunjukkan bahwa v bukan batas atas dari S.
dengan demikian u adalah suprimum dari S.
(®) misalkan u adalah suprimum
dari S. karena u adalah batas atas dari S, kondisi (i) terpenuhi. Jika v <
u, maka v bukan batas atas dari S. selanjutnya terdapat sebuah elemen so
Î S sedemikian sehingga v < so.
Lemma 5.4
Misalkan S ¹ Æ, S Í R dan u batas atas dari S,
u = Sup S jika dan hanya jika untuk setiap e > 0 ada xe Î S sedemikian sehingga u - e < xe.
Sifat Suprimum 5.5
Setiap himpunan tak-kosong
dari bilangan real yang mempunyai batas atas mempunyai suprimum.
Sifat Suprimum 5.6
Setiap himpunan tak-kosong
dari bilangan real yang mempunyai batas bawah mempunyai infrimum.
Contoh 1
Misalkan S = { x ÎR : 0 < x < 1 }, maka Sup S = 1
Bukti
Karena 1ÎR dan x < 1 untuk semua x ÎS, maka menurut definisi 1
adalah batas atas dari S. Misalkan e > 0 sembarang.
Jika e ³ 1, maka 1 - e < x untuk setiap x di S. Jadi untuk semua xe di S berlaku 1 - e < xe.
Jika 0 < e < 1, maka pilih xe = 1- e/2 di S, maka 1 - e < xe =1- e/2
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk setiap e > 0 ada xe Î S sedemikian sehingga 1 - e < xe, hal ini menunjukkan bahwa
Sup S = 1.
Lemma 5.8
Misalkan S ¹ Æ, S Í R dan w batas bawah dari S,
w = Inf S jika dan hanya jika untuk setiap e > 0 ada xe Î S sedemikian sehingga xe < w + e.
Contoh 2
0 = Inf(0,1)
Bukti
Karena 0ÎR dan x > 0 untuk semua x Î(0, 1), maka menurut
definisi 0 adalah batas bawah dari (0, 1). Misalkan e > 0 sembarang.
Jika e ³ 1, maka x < 0 + e untuk setiap x di S. Jadi untuk semua xe di S berlaku xe < 0 + e .
Jika 0 < e < 1, maka pilih xe = e/2 di S, maka xe = e/2 < 0 + e
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk setiap e > 0 ada xe Î S sedemikian sehingga xe < 0 + e, hal ini menunjukkan bahwa Inf S = 0.
Soal Latihan
1.
Perlihatkan bahwa 3 = Sup [2, 3] dan 2 = Inf [2, 3]
1.
Buktikan bahwa 2 = Inf (2,5) dan 5 = Sup(2,5)
2.
Tunjukkan bahwa 4 = Inf [4,8] dan 8 = Sup [4,8]
3.
Misalkan A = { 1 –( (-1)n/n
)}. Tentukan Sup A dan Inf A
4.
Apakah A = { x ÎR : x ³ 2 } mempunyai batas bawah
dan batas atas? Jelaskan jawaban Saudara!
5.
Misalkan P Í R dan P ¹ Æ, tunjukkan u = Sup P jika
dan hanya jika untuk setiap n ÎN bilangan u –1/n bukan
batas atas P tetapi u + 1/n batas atas dari P.
6.
Jika Sup A = a dan Sup B = b, buktikan Sup (A + B) = a + b
7.
Jika Inf A = a dan Inf B = b, buktikan Inf (A + B) = a + b
8.
Buktikan Inf A = Sup(-A)
9.
Jika S subhimpunan R yang memuat batas atas, maka tunjukkan
bahwa batas tersebut adalah supremum dari S
10.
Buktikan bahwa gabungan dari dua himpunan terbatas adalah
terbatas
11.
Jika S terbatas di R dan jika S0 subhimpunan
takkosong dari S, maka tunjukkan bahwa inf S £ inf S0 £ sup S0 £ sup S
12.
Misalkan B subhimpunan terbatas dari R dan A ={-x|xÎB}, tunjukkan bahwa
a. inf A = sup B b. sup A = inf B
Sifat Archimedian
Salah satu konsekuensi dari sifat suprimum adalah
subhimpunan bilangan asli N dari R tidak terbatas di atas. Khususnya adalah
jika diberikan sembarang bilangan real x, maka ada bilangan asli n sedemikian
sehingga n lebih besar dari x.
Aksioma 6.1 (aksioma
archimides)
Jika x ÎR, terdapat bilangan asli nxÎR sedemikian sehingga x <
nx
Bukti
Andaikan x > nx,
maka x batas atas dari N. Selanjutnya berdasarkan sifat suprimum, N memiliki
suprimum u. karena x batas atas dari N, ini menunjukkan bahwa u £ x. Karena u –1 < u, berdasarkan lemma 5.3 ada bilangan asli
n1 sedemikian sehingga u – 1 < n1 atau u < 1 + n1,
tetapi n1+1 adalah bilangan asli. Hal ini kontradiksi dengan
pengandaian bahwa u batas atas dari N.
Akibat 6.2
Misalkan x dan y bilangan
real positif
(b)
Ada bilangan asli n sedemikian sehingga ny > x
(c)
Ada bilangan asli n sedemikian sehingga 0 < 1/n < y
(d)
Ada bilangan asli n sedemikian sehingga n –1 £ y < n
Bukti
(a)
karena x dan y positif, maka z = x/y juga positif. Misalkan n
bilangan asli sedemikian sehingga x/y = z < n, maka x < ny atau ny >
x.
(b)
Pilih x = 1 sehingga bagian (a) menunjukkan 0 < 1 < ny.
Hal ini menunjukkan bahwa 0 < 1/n < y.
(c)
Berdasarkan aksioma archimides, terdapat bilangan asli m
sedemikian sehingga y < m. Misalkan n bilangan asli terkecil sedemikian
sehingga n – 1 £ y < n.
Teorema 6.3(eksistensi Ö2)
Ada bilangan positif x ÎR sedemikian sehingga x2 = 2
Bukti
Misalkan S = { y ÎR: 0 £ y, y2£ 2}. Himpunan S terbatas di atas oleh 2, Jika tidak, maka ada
elemen s di S sehingga 2 < s di mana 4 < s2 £ 2, sebuah kontradiksi. Berdasarkan sifat suprimum dan misalkan
x = Sup S. Jadi, x > 0.
Andaikan x2 ¹ 2, ini berarti x2 < 2 atau x2 > 2.
Jika x2 < 2,
misalkan n bilangan asli yang dipilih sedemikian sehingga 1/n < (2 –x 2)/(2x
+ 1). Dalam kasus ini,
(x + 1/n )2 = x2
+ 2x/n + 1/n2 £ x2 + (2x +1)/n
< x2 + (2 –x2) = 2 yang berarti x + 1/n ÎS, kontradiksi bahwa x adalah batas atas dari S.
Jka x2 > 2,
kita pilih m bilangan asli sedemikian sehingga 1/m < (x2 –2)/2x.
Karena x = Sup S, ada bilangan so di S dengan x – 1/m < so.
Tetapi implikasinya adalah
2 < x2 –2x/m
< x2 –2x/m +1/m2 = (x –1/m)2 < so2.
Disini so2>2,
kontradiksi dengan so di S.
Dari dua kasus di atas, x2
< 2 dan x2 > 2, terlihat bahwa akan diperoleh kontradiksi.
Jadi haruslah x2 = 2.
Teorema 6.4
Jika x, y ÎR, 0 < x < y, maka ada r ÎQ sedemikian sehingga x <
r < y
Bukti
Karena x, y di R dan 0 <
x < y, maka y – x > 0 dan y – x ÎR. Sedangkan diketahui bahwa
1 > 0, maka berdasarkan aksioma arcimides ada n ÎN sedemikian sehingga 1 <
n(y – x) atau nx + 1 < ny. Karena x > 0 dan nx > 0, ada m ÎN sedemikian sehingga m –1 £ nx < m. hal ini
mengakibatkan m £ nx + 1 < ny atau m <
ny. Berdasarkan teorema tentang urutan maka nx < m < ny atau x < m/n
< y. pilih r = m/n, m,n ÎN yang berarti r ÎQ.
Soal Latihan
1.
Jika x > 0 tunjukkan bahwa ada bilangan asli n sedemikian
sehingga 1/2n < x.
2.
Tunjukkan ada x ÎR, x > 0 sedemikian
sehingga x2 = 3
Karena x Î [an, bn] dan [an, bn]
< e, maka [an, bn]Í Ve(x). Karena [an,
bn] Ç S himpunan tak berhingga
atau [an, bn] memuat tak berhingga unsure S dan [an,
bn] Í Ve(x), maka Ve(x) ÇS himpunan tak berhingga.
Karena itu x Î S1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar