Metode Simpleks
A. Pengantar Metode Simpleks
Metode
simpleks merupakan sebuah metode lanjutan dari metode grafik. Metode grafik
tidak dapat menyelesaikan persoalan manajemen yang memiliki variabel keputusan
yang cukup besar, sehingga untuk menyelesaikannya dibutuhkan sebuah metode yang
lebih kompleks yaitu dengan menggunakan program komputer QSB ( Quantitative
System For Business) atau menggunakan metode simpleks. Dalam kenyataanya
penggunaan komputer lebih efisien, akan tetapi metode dasar yang digunakan dalam
pengoperasian komputer tetap metode simpleks.
Metode
simpleks adalah metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan manaterial
yang telah diformulasikan terlebih dahulu ke dalam persamaan matematika program
linear yang mempunyai variable keputusan mulai dari lebih besar atau sama
dengan 2 (dua) sampai multivariable. Sedangkan metode grafik hanya dapat
digunalan apabila jumlah variable keputusan maksimal 2 (dua) buah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa suatu persoalan linear programing yang diselesaikan
dengan metode grafik juga dapat diselesaikan dengan metode simpleks, sebaliknya
suatu persoalan yang hanya bisa diselesaikan dengan metode simpleks tidak dapat
diselesaikan dengan metode grafik. Ada beberapa istilah yang sangat sering
digunakan dalam metode simpleks, diantaranya :
1. Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana
nilai dalam perhitungan itu tergantung dari nilai tabel sebelumnya.
2. Variabel non basis adalah variabel yang nilainya
diatur menjadi nol pada sembarang iterasi. Dalam terminologi umum, jumlah
variabel non basis selalu sama dengan derajat bebas dalam sistem persamaan.
3. Variabel basis merupakan variabel yang nilainya
bukan nol pada sembarang iterasi. Pada solusi awal, variabel basis merupakan
variabel slack (jika fungsi kendala merupakan pertidaksamaan ≤ ) atau variabel
buatan (jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan ≥ atau =). Secara umum,
jumlah variabel basis selalu sama dengan jumlah fungsi pembatas (tanpa fungsi
non negatif).
4. Solusi atau nilai kanan (NK) merupakan
nilai sumber daya pembatas yang masih tersedia. Pada solusi awal, nilai kanan
atau solusi sama dengan jumlah sumber daya pembatas awal yang ada, karena
aktivitas belum dilaksanakan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Nilai kanan (NK) fungsi tujuan harus nol (0).
2. Nilai kanan (NK) fungsi kendala harus positif.
Apabila negatif, nilai tersebut harusdikalikan –1.
5. Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan
ke model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≤ menjadi persamaan
(=). Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal,
variabel slack akan berfungsi sebagai variabel basis.
6. Variabel surplus adalah variabel yang dikurangkan
dari model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≥ menjadi
persamaan (=). Penambahan ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi
awal, variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai variabel basis.
7. Variabel buatan adalah variabel yang ditambahkan
ke model matematik kendala dengan bentuk ≥ atau = untuk difungsikan sebagai
variabel basis awal. Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi.
Variabel ini harus bernilai 0 pada solusi optimal, karena kenyataannya variabel
ini tidak ada. Variabel hanya ada di atas kertas.
8. Kolom pivot (kolom kerja) adalah kolom yang memuat variabel
masuk. Koefisien pada kolom ini akn menjadi pembagi nilai kanan untuk
menentukan baris pivot (baris kerja).
9. Baris pivot (baris kerja) adalah salah satu baris dari
antara variabel basis yang memuat variabel keluar.
10. Elemen pivot adalah elemen yang terletak pada
perpotongan kolom dan baris pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar perhitungan
untuk tabel simpleks berikutnya.
11. Variabel masuk adalah variabel yang terpilih
untuk menjadi variabel basis pada iterasi berikutnya. Variabel masuk dipilih
satu dari antara variabel non basis pada setiap iterasi. Variabel ini pada
iterasi berikutnya akan bernilai positif.
12. Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari
variabel basis pada iterasi berikutnya dan digantikan oleh variabel masuk.
Variabel keluar dipilih satu dari antara variabel basis pada setiap iterasi.
Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai nol.
B. Bentuk
Baku
Sebelum
melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal, pertama sekali
bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku terlebih dahulu.
Bentuk baku dalam metode simpleks tidak hanya mengubah persamaan kendala ke
dalam bentuk sama dengan, tetapi setiap fungsi kendala harus diwakili oleh satu
variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan status sumber daya pada
kondisi sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, variabel
keputusan semuanya masih bernilai nol. Dengan demikian, meskipun fungsi kendala
pada bentuk umum pemrograman linier sudah dalam bentuk persamaan, fungsi
kendala tersebut masih harus tetap berubah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku,
yaitu :
1.
Fungsi
kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum, dirubah menjadi persamaan
(=) dengan menambahkan satu variabel slack.
2.
Fungsi
kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum, dirubah menjadi persamaan
(=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.
3.
Fungsi
kendala dengan persamaan dalam bentuk umum, ditambahkan satu artificial
variabel (variabel buatan).
Perhatikan pula
kasus berikut :
Fungsi Tujuan : Maksimumkan Z = 2X1 + 3 X2
Kendala : 10 X1 + 5 X2 ≤ 600
6 X1+
20 X2 ≤ 600
8 X1 + 15 X2
≤ 600
X1, X2 ≥ 0
Bentuk di atas juga
merupakan bentuk umum. Perubahan ke dalam bentuk baku hanya membutuhkan
variabel slack, karena semua fungsi kendala menggunakan bentuk pertidaksamaan ≤
dalam bentuk umumnya. Maka bentuk bakunya adalah sebagai berikut :
Maksimumkan : z = 2 X1+ 3X2 + 0S1
+ 0S2+ 0S3
Fungsi Kendala : 10 X1 + 5 X2 + S1
= 300
6 X1
+ 20 X2+ S2 = 700
8 X1
+ 15 X2 + S3 = 600
X1,
X2 , S1 , S2, S3 ≥ 0
S1
, S2, S3 merupakan variable slack.
C. Pembentukan
Tabel Simpleks
Dalam
perhitungan iterative, kita akan bekerja menggunakan tabel. Bentuk baku yang
sudah diperoleh, harus dibuat ke dalam bentuk tabel. Semua variabel yang bukan
variabel basis mempunyai solusi (nilai kanan) sama dengan nol dan koefisien
variabel basis pada baris tujuan harus sama dengan 0. Oleh karena itu kita
harus membedakan pembentukan tabel awal berdasarkan variabel basis awal.
Gunakan kasus di atas, maka tabel awal simpleksnya adalah :
VB
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Z
|
-2
|
-3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
S1
|
10
|
5
|
1
|
0
|
0
|
300
|
S2
|
6
|
20
|
0
|
1
|
0
|
700
|
S3
|
8
|
15
|
0
|
0
|
1
|
600
|
D. Langkah-Langkah
Penyelesaian
Langkah-langkah
penyelesaian adalah sebagai berikut :
1.
Tentukan
kolom pivot. Penentuan kolom pivot dilihat dari koefisien fungsi tujuan (nilai
di sebelah kanan baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan. Jika tujuan
maksimisasi, maka kolom pivot adalah kolom dengan koefisien paling negatif.
Jika tujuan minimisasi , maka kolom pivot adalah kolom dengan koefisien positif
terbesar. Jika kolom pivot ditandai dan ditarik ke atas, maka kita akan
mendapatkan variabel keluar. Jika nilai
paling negatif (untuk tujuan maksimisasi) atau positif terbesar (untuk tujuan
minimisasi) lebih dari satu, pilih salah satu secara sembarang.
2. Tentukan baris pivot. Baris pivot
ditentukan setelah membagi nilai solusi dengan nilai kolom pivot yang bersesuaian
(nilai yang terletak dalam satu baris). Dalam hal ini, nilai negatif dan 0 pada kolom pivot tidak diperhatikan, artinya
tidak ikut menjadi pembagi. Baris pivot adalah baris dengan rasio pembagian
terkecil. Jika baris pivot ditandai dan ditarik ke kiri, maka kita akan
mendapatkan variabl keluar. Jika rasio pembagian terkecil lebih dari satu,
pilih salah sau secara sembarang.
3. Tentukan elemen pivot. Elemen
pivot merupakan nilai yang terletak pada perpotongan kolom dan baris pivot.
4. Bentuk tabel simpleks baru. Tabel
simpleks baru dibentuk dengan pertama sekali menghitung nilai baris pivot baru.
Baris pivot baru adalah baris pivot lama dibagi dengan elemen pivot. Baris baru
lainnya merupakan pengurangan nilai kolom pivot baris yang bersangkutan dikali
baris pivot baru dalam satu kolom terhadap baris lamanya yang terletak pada
kolom tersebut.
5. Periksa apakah tabel sudah optimal.
Keoptimalan tabel dilihat dari koefisien fungsi tujuan (nilai pada baris z) dan
tergantung dari bentuk tujuan. Untuk tujuan maksimisasi, tabel sudah optimal
jika semua nilai pada baris z sudah positif atau 0. Pada tujuan minimisasi,
tabel sudah optimal jika semua nilai pada baris z sudah negatif atau 0. Jika
belum, kembali ke langkah no. 2 , jika sudah optimal baca solusi optimalnya.
E. Contoh
Soal
Contoh 1
Maksimum z = 8 X1 + 9
X2+ 4 X3
Fungsi Kendala : X1+ X2 + 2 X3
≤ 2
2 X1 + 3 X2
+ 4 X3 ≤ 3
7 X1+ 6 X2
+ 2 X3≤ 8
X1, X2, X3
≥ 0
Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan masalah di atas dilakukan
langkah-langkah dibawah ini :
1. Mengubah fungsi tujuan
z
= 8 X1 + 9 X2+ 4 X3+ 0S1 + 0S2
+ 0S3 atau
z - 8 X1 - 9 X2 -
4 X3 - 0S1 - 0S2 - 0S3 = 0
2. Mengubah
fungsi batasan
X1+ X2 + 2
X3 + S1 = 2
2X1 + 3 X2
+ 4 X3 + S2 = 3
7X1+ 6 X2 +
2 X3 + S3 = 8
X1, X2, X3,
S1, S2, S3 ≥ 0
3. Masukkan setiap koefisien variabel ke dalam tabel
simpleks. Sehingga :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-8
|
-9
|
-4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
2
|
|
S2
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
0
|
3
|
|
S3
|
7
|
6
|
2
|
0
|
0
|
1
|
8
|
|
4.
Menentukan Kolom Kunci/Pivot.
Lihat baris Z lihat nilai yang terkecil.
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-8
|
-9
|
-4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
2
|
|
S2
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
0
|
3
|
|
S3
|
7
|
6
|
2
|
0
|
0
|
1
|
8
|
|
Pada contoh di atas nilai negatif yang tebesar
adalah -9 pada kolom X2 jadi, kolom X2 adalah
kolom kunci/Pivot,
sehingga :
5. Menentukan Baris Kunci/Pivot
Baris kunci diketahui dari
nilai indeks (Rasio) yang terkecil. Rasio = NK/Kolom Pivot
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-8
|
-9
|
-4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
S1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
2
|
2
|
S2
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
0
|
3
|
1
|
S3
|
7
|
6
|
2
|
0
|
0
|
1
|
8
|
8/6
|
Jadi nilai
rasio terkecil adalah 1 (selain Z), sehingga baris kuncinya / baris pivot ada
pada S2
6. Mencari angka Kunci/ Elemen Pivot
Angka kunci diperoleh dari perpotongan antara kolom kunci dan baris
kunci. Jadi angka kunci diperoleh adalah 3
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-8
|
-9
|
-4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
S1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
2
|
2
|
S2
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
0
|
3
|
1
|
S3
|
7
|
6
|
2
|
0
|
0
|
1
|
8
|
8/6
|
7. Membuat Baris Baru Kunci (BBK)
Karena nilai kunci berada pada kolom X2, maka baris S2 kita ubah
namanya menjadi X2, dan nilai-nilai pada baris S2 kita ubah pula dengan cara membagi nilai baris dengan angka kunci. Maka kita mendapat nilai baris
kunci yang baru (baris x1) :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
|
|
|
|
|
|
|
|
S1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
2/3
|
3
|
4/3
|
0
|
1/3
|
0
|
1
|
1
|
S3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
Mencari baris baru selain baris kunci/pivot.
Baris
baru : baris lama – (angka kolom kunci X nilai baru baris kunci)
Baris
Z :
-8 -9
-4 0 0 0 0
-9 ( 2/3
1
4/3 0 1/3 0
1 ) -
-2 0
8 0 3 0 9
Baris S1 :
1 1 2 1
0 0 2
1 ( 2/3 1
4/3 0 1/3
0 1 ) -
1/3 0 2/3
1 -1/3 0 1
Baris S3:
7 6
2 0 0 1 8
6 ( 2/3 1 4/3 0
1/3 0 1 ) -
3 0
-6 0 -2 1 2
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-2
|
0
|
8
|
0
|
3
|
0
|
9
|
-
|
S1
|
1/3
|
0
|
2/3
|
1
|
-1/3
|
0
|
1
|
3
|
X2
|
2/3
|
1
|
4/3
|
0
|
1/3
|
0
|
1
|
3/2
|
S3
|
3
|
0
|
-6
|
0
|
-2
|
1
|
2
|
2/3
|
9.
Masukkan nilai-nilai tersebut ke dalam tabel
simpleks yang baru (iterasi 1)
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-2
|
0
|
8
|
0
|
3
|
0
|
9
|
-
|
S1
|
1/3
|
0
|
2/3
|
1
|
-1/3
|
0
|
1
|
3
|
X2
|
2/3
|
1
|
4/3
|
0
|
1/3
|
0
|
1
|
3/2
|
S3
|
3
|
0
|
-6
|
0
|
-2
|
1
|
2
|
2/3
|
10.
Perhatikan kembali tabel di atas, bila pada baris Z masih ada variabel
yang bernilai negatif, maka fungsi
tujuan belum maksimal. Sehingga untuk menghilangkan nilai negatif kita
ulangi lagi langkah-langkah sebelumnya. Ini kita lakukan terus-menerus hingga
tiada variabel Z yang negatif.
Variabel masuk dengan
demikian adalah X1, variabel keluar adalah S3 serta elemen pivot yaitu 3 . Hasil
perhitungan iterasi ke 2 adalah sebagai berikut :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Z
|
0
|
0
|
4
|
0
|
5/3
|
2/3
|
31/3
|
S1
|
0
|
0
|
4/3
|
1
|
-1/9
|
-1/9
|
7/9
|
X2
|
0
|
1
|
8/3
|
0
|
5/3
|
-2/9
|
5/9
|
S3
|
1
|
0
|
-2
|
0
|
-2/3
|
1/3
|
2/3
|
Tabel
sudah optimal, sehingga perhitungan iterasi dihentikan !
Perhitungan dalam simpleks menuntut ketelitian tinggi, khususnya
jika angka yang digunakan adalah pecahan. Pembulatan harus diperhatikan dengan
baik. Disarankan jangan menggunakan bentuk bilangan desimal, akan lebih teliti
jika menggunakan bilangan pecahan. Pembulatan dapat menyebabkan iterasi lebih
panjang atau bahkan tidak selesai karena ketidaktelitian dalam melakukan
pembulatan.
Perhitungan
iteratif dalam simpleks pada dasarnya merupakan pemeriksaan satu per satu
titik-titik ekstrim layak pada daerah penyelesaian. Pemeriksaan dimulai dari
kondisi nol (dimana semua aktivitas/variabel keputusan bernilai nol). Jika
titik ekstrim berjumlah n, kemungkinan terburuknya kita akan melakukan
perhitungan iteratif sebanyak n kali.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa untuk memperoleh hasil maksimum,
S1 = 2/3
X2= 7/9
S3 = 5/9
Z = 31/3
Contoh
2 :
Selesaikan kasus berikut ini
menggunakan metode simpleks :
Fungsi Tujuan : Maksimumkan
Z = 50 X1 + 20 X2 + 30 X3.
Fungsi Kendala :2X1 + 3X2 ≤ 1000
3 X1 + 2 X2 ≤ 2100
X2 + 5 X3 ≤ 1500
Untuk menyelesaikan masalah di atas dilakukan
langkah-langkah dibawah ini :
1.
Mengubah fungsi tujuan.
Z - 50 X1 - 20x2
- 30x3 = 0
2.
Mengubah fungsi batasan
2 X1+ 3 X2 + 0 X3+ S1 = 1000
3 X1 + 0X2+ 2 X3 + S2= 2100
0 X1+ X2 + 5 X3 + S3 = 1500
3. Masukkan setiap koefisien
variabel ke dalam tabel simpleks. Sehingga :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-50
|
-20
|
-30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
2
|
3
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1000
|
|
S2
|
3
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
2100
|
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
|
4.
Menentukan kolom kunci/pivot.
Lihat baris Z lihat nilai yang terkecil.
Pada contoh di atas nilai negatif yang tebesar
adalah -50 pada kolom X1 jadi, kolom X1 adalah
kolom kunci/pivot, sehingga
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-50
|
-20
|
-30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
2
|
3
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1000
|
|
S2
|
3
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
2100
|
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
|
5.
Menentukan Baris Kunci (BK)
Baris kunci diketahui dari
nilai indeks / Rasio yang terkecil. Rasio = NK/Kolom Pivot
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-50
|
-20
|
-30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
2
|
3
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1000
|
500
|
S2
|
3
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
2100
|
700
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
Tak terhingga
|
Jadi nilai terkecil adalah
500, sehingga baris kuncinya ada pada S1
6. Mencari angka Kunci/pivot
Angka kunci diperoleh dari perpotongan antara kolom kunci dan baris
kunci. Jadi angka kunci diperoleh adalah 2.
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
-50
|
-20
|
-30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
2
|
3
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1000
|
500
|
S2
|
3
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
2100
|
700
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
Tak terhingga
|
7.
Membuat Baris Baru Kunci.
Karena nilai kunci berada pada kolom X1, maka baris S1 kita ubah
namanya menjadi X1, dan nilai-nilai pada baris S1 kita ubah pula dengan cara membagi nilai baris dengan angka kunci.Maka kita mendapat nilai baris
kunci yang baru (baris x1) :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X1
|
1
|
3/2
|
0
|
1/2
|
0
|
0
|
500
|
|
S2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
S3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8. Mencari baris baru selain
baris kunci.
Baris
baru : baris lama – (angka kolom kunci X nilai baru baris kunci)
Baris
Z :
-50 -20
-30
0 0 0 0
-50 ( 1 3/2 0 1/2 0 0
500 )
-
0 55
-30 25 0 0 25000
Baris S2 :
3 0 2
0 1 0 2100
3 ( 1 3/2
0 1/2 0
0 500 )
-
0 -9/2
2/3 -3/2 1 0 600
Baris S3:
0 1
5 0 0 1 1500
0 ( 1 3/2 0 1/2 0 0
500 ) –
0 1
5 0 0 1 1500
9.
Masukkan nilai-nilai tersebut ke dalam tabel
simpleks yang baru (iterasi 1).
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
0
|
55
|
-30
|
25
|
0
|
0
|
25000
|
|
X1
|
1
|
3/2
|
0
|
1/2
|
0
|
0
|
500
|
|
S2
|
0
|
-9/2
|
2
|
-3/2
|
1
|
0
|
600
|
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
|
10.
Perhatikan kembali tabel di atas, bila pada baris Z masih ada variabel
yang bernilai negatif, maka fungsi tujuan belum maksimal. Sehingga untuk
menghilangkan nilai negatif kita ulangi lagi langkah-langkah sebelumnya. Ini
kita lakukan terus-menerus hingga tiada variabel Z yang negatif.
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Rasio
|
Z
|
0
|
55
|
-30
|
25
|
0
|
0
|
25000
|
-83,333
|
X1
|
1
|
3/2
|
0
|
1/2
|
0
|
0
|
500
|
Tidak terdefinisi
|
S2
|
0
|
-9/2
|
2
|
-3/2
|
1
|
0
|
600
|
300
|
S3
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
1
|
1500
|
300
|
Variabel masuk dengan
demikian adalah X3, variabel keluar adalah S3 serta elemen pivot yaitu 5 . Hasil
perhitungan iterasi ke 2 adalah sebagai berikut :
VB
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
NK
|
Z
|
0
|
61
|
0
|
25
|
0
|
6
|
34000
|
X1
|
1
|
3/2
|
0
|
½
|
0
|
0
|
500
|
S2
|
0
|
-49/10
|
0
|
-3/2
|
1
|
-2/5
|
0
|
X3
|
1/5
|
1/5
|
1
|
0
|
0
|
1/5
|
300
|
Tabel sudah optimal,
sehingga perhitungan iterasi dihentikan !
Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa untuk memperoleh hasil maksimum,
X1 = 500
X2= 0
X3 = 300
Z = 34000
DAFTAR PUSTAKA
3 komentar:
terima kasi banyaak
terima kasih banyaaaak
mba mau tanya, misalkan soalnya seperti ini
maksimumkan Z ≤ 5X1 + 3X2
itu bagaimana ya cara perubahannya menjadi Z =
Posting Komentar